Abu Bakar As Siddiq adalah
manusia paling agung dalam sejarah Islam sesudah Rasulullah SAW. Kemuliaan
akhlaknya, kemurahan hatinya dalam mengorbankan harta benda dan kekayaannya
untuk Islam, kebijaksanaannya dalam menyelesaikan masalah umat, ketenangannya
dalam menghadapi kesukaran, kerendahan hatinya ketika berkuasa serta tutur
bahasanya yang lembut lagi menarik adalah sukar dicari bandingannya baik dahulu
mahupun sekarang.
Dialah termasuk
Seorang Tokoh yang paling akrab dan paling disayangi Rasulullah SAW. Nama
sebenarnya Abu Bakar As Siddiq adalah Abdullah bin
Qahafah. Sebelum Islam, beliau adalah seorang saudagar yang sangat kaya dan
dari keluarga bangsawan yang sangat terhormat dikalangan masyarakat
Quraisy. Bahkan sebelum memeluk agaman Islam , Abu Bakar terkenal sebagai
seorang pembesar Quraisy yang tinggi akhlaknya dan tidak pernah minum arak
sebagaimana biasa dilakukan oleh pembesar-pembesar Quraisy yang lain.
Dari segi umur, Abu
Bakar dua tahun lebih muda dari Rasulullah SAW dan telah menjalin
persahabatan yang akrab dengan Nabi, jauh sebelum
Rasulullah menjadi Rasul. Beliaulah tokoh besar , sahabat yang paling banyak
menafkahkan harta bendanya dalam rangka menegakkan Islam di samping Nabi
Muhammad SAW.
Besarnya pergorbanan
beliau itu, membuat Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa Islam telah tegak di
atas harta Siti Khadijah dan pergorbanan Abu Bakar. Adapun gelar As
Siddiq yang dberikan kepadanya itu adalah karena sikapnya yang selalu
membenarkan kata-kata atau perbuatan Nabi Muhammad SAW.
Dalam hal ini baiklah
kita petik sebuah kisah seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud yang
diceritakan sendiri oleh Abu Bakar, tentang bagaimana Abu
Bakar memeluk agama Islam.
Kata Abu
Bakar, “Aku pernah mengunjungi seorang tua di negeri Yaman. Dia rajin membaca
kita-kitab dan mengajar murid muridnya. Dia berkata kepadaku:
“Aku Yakin tuan
datang dari Tanah Haram.”
“Benar,” jawabku.
“Aku yakin tuan
berbangsa Quraisy?”
“Benar,” ujarku lagi.
“Dan apa yang aku
lihat, tuan dari keluarga Bani Tamim?”
“Benarlah begitu,”
tambahku selanjutnya.
Sambungnya Orang tua
katanya, “ Ada satu hal yang perlu aku tanyakan dari tuan, tentang diri tuan
sendiri. Apakah boleh saya melihat perutmu?”
Maka jawabku
spontan,” Aku keberatan untuk membuka bajuku sebelum tuan tidak menjelaskan apa
maksudnya?.”
Kata orang itu
selanjutnya :, “Aku melihat menurut ilmuku yang benar , bahwa
seorang Nabi Allah akan di utus di Bumi Haram. Nabi itu
datang dan akan dibantu oleh dua orang sahabatnya, yang seorang masih muda dan
seorang lagi sudah separuh umur. Sahabatnya yang muda itu berani berjuang dalam
segenap lapangan dan menjadi pelindungnya dalam semua kesusahan. sedangkan yang
separuh umur itu putih kulitnya dan berbadan kurus, ada tahi lalat di perutnya
dan ada suatu tanda di paha kirinya. Apakah salah kalau anda menampakkan
kepadaku.”
Karena alasan orang
tua tersebut, lalu aku pun membuka pakaianku orang
tua itu pun melihat tahi lalat di atas bagian pusarku sambil berkata,
“Demi Tuhan yang menguasai Ka’bah, engkaulah orangnya !”
Kemudian orang tua itu
pun memberi sedikit nasihat kepadaku. Aku tinggal di Yaman untuk beberapa waktu
karena urusan bisnis, dan sebelum meninggalkan negeri itu, aku
datang lagi bertemu orang tua tersebut untuk mengucapkan selamat tinggal
kepadanya. Kemudian dia lalu bertanya, “Bisakah tuan, aku memberikan
beberapa bait syairku?”
“Bisa saja,” jawabku.
Setelah itu, aku
pun membawa pulang syair-syair itu ke Mekah. Setibanya aku di Mekah, para
pemuda bergegas datang menemuiku sambil berkata, “Apakah engkau tau apa yang
sudah terjadi?”
Maka ujarku;, “Apakah
yang terjadi itu?”
Jawab mereka, “Si
yatim Abu Talib sekarang mengaku menjadi Nabi! Kalaulah kami tidak berpikir
engkau wahai Abu Bakar, sudah lebih dulu kami selesaikan dia. Engkaulah yang
kami harapkan bisa menyelesaikannya.”
Kemudian aku pun
meminta mereka pulang, sedangkan aku sendiri pergi
menemui Muhammad. Setelah bertemu beliau aku pun mengatakan, “Wahai
Muhammad, engkau telah mencedrai kedudukan keluarga tuan dan aku diberi tahu,
kalau tuan sengaja menyimpang dari ajran nenek moyang kita, Maka
ujar Nabi, “Bahwa aku adalah Pesuruh Allah yang diutuskan untukmu dan untuk
seluruh umat!”
Lalu Aku
bertanya Nabi :, “Apa buktinya?”
Jawabnya :, “Orang tua
yang engkau temui di Yaman tempoh hari.”
Aku menambah lagi,
“Orang tua yang mana yang tuan maksud, karena banyak orang tua yang
aku temui di Yaman itu?”
Nabi menjawab :,
“Orang tua yang memberikan untaian syair kepada engkau!”
Aku terkejut
mendengar jawabanya, karena hal itu tidak seorangpun yang
mengetahuinya. Aku bertanya:, “Siapakah yang telah memberi tahu tuan, wahai
sahabatku?”
Jawab Nabi , “Malaikat
yang pernah menemui nabi-nabi sebelumku.”
Akhirnya aku berkata,
“letakkan tangan tuan, sesungguhnya aku bersaksi tiada Tuhan yang ku sembah
melainkan Allah, dan Engkau (Muhammad) adalah rasul Allah”
Demikian kisah indah
yang meriwayatkan perjalanan Islamnya Abu Bakar as
Siddiq. Dan memang benar menurut riwayat, beliau merupakan laki laki
pertama yang beriman kepada Rasulullah.
Ke –Islam-an Abu Bakar
As Siddiq telah membawa pengaruh besar di kalangan bangsawan
Quraisy, karena sebab pengaruh keislamannya itulah maka beberapa
orang pemuda bangsawan Quraisy seperti, Usman bin Affan , Abdul
Rahman bin Auf, dan Saad bin Waqqas mengikuti
jejak langkahnya [memeluk Islam].
Semenjak memeluk
Islam, Abu Bakar telah menjadi paling terdepan membela Islam, di
samping seorang sahabat yang paling akrab serta paling dicintai
Rasulullah SAW. Seorang sahabat, Amru bin Al As pernah
suatu hari betanya pada Rasul, “Siapakah di antara manusia yang paling engkau
cintai ya Rasulullah?”
Jawab Nabi, “Siti
Aisyah dan kalau pria adalah bapanya.”
Selain itu, Abu
Bakar as Siddiq terkenal dengan keteguhan imannya, cerdas
akal, tinggi akhlak, lemah lembut dan santun. Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Jika iman
Abu Bakar As Siddiq berada dalam sebuah timbangan dengan iman sekalian
umat maka lebih berat iman Abu Bakar.”
Demikian teguhnya
iman Abu Bakar. Gelar As Shiddiq yang diberikan
pada dirinya itu karena sebab sikap dan pendiriannya yang teguh
dalam membenarkan serta membela diri Rasulullah. Andaikan seluruh umat manusia mendustakan Muhammad sebagai nabi, Abu Bakar pasti akan tampil dengan penuh keyakinan
untuk membelanya.
Setelah memeluk Islam, Abu
Bakar menyerahkan seluruh kekayaan, jiwa dan raganya dalam perjuangan menegakkan
Islam bersama Nabi Muhammad SAW. Beliau telah mengorbankan seluruh harta
bendanya untuk menebus orang-orang yang ditawan, orang-orang yang ditangkap
atau disksa. Beliau juga telah membeli para budak, kemudian
dimerdekakannya. Salah seorang daripadanya adalah Bilal bin Rabah.
Ketika Nabi Muhammad
SAW selesai melakukan Isra’ dan Mi’raj, sekelompok orang yang kurang
percaya dengan kabar Rasulullah SAW, segera mendatangi Abu
Bakar guna mendengarkan pandangan tentang
kisah perjalanan Nabi Muhammad itu,
apakah benar atau tidak.
Sebaik mendengarnya, Abu
Bakar terus berkata,” Adakah Muhammad berkata begitu?”
Sahut mereka, “Benar!”
Maka ujar Abu
Bakar, “Jika Muhammad menceritakan begitu maka sungguh benarlah apa yang
diceritakan itu.”
Lalu mereka pun terus
menyambung, “Engkau percaya hai Abu Bakar bahwa Muhammad sampai ke tanah Syam
yang jauhnya sebulan perjalanan, hanya dalam satu malam?”
Kata Abu
Bakar tegasnya:, “Benar! Aku percaya! Malah lebih dari itu pun aku percaya
kepadanya. Aku percaya akan berita dari langit yang diberitakannya, baik pada
waktu siang maupun malam!”
Demikian hebatnya
keyakinan sahabat yang paling utama ini. Jawabannya tegas dan teguh iman beliau
terhadap agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan
terhadap ucapan yang dikabarkan oleh beliau, maka karena
Abu Bakar membenarkan perkataan Rasulullah tersebut , lalu beliau telah diberi
gelar As-Siddiq, artinya yang membenarkan Rasulullah SAW.
Tidaklah mengherankan
sikap Abu Bakar itu. Beliau telah lama mengenali Muhammad, bukan sehari dua hari. Beliau tahu bahwa sahabatnya, Nabi Muhammad sentiasa benar, tidak pernah bohong
hingga mendapat gelar Al Amin.
Pada saat kekejaman
musyirikin Quraisy terhadap kaum muslimin di Mekah semakin memilukan dan
membahayakan, Nabi Muhammad mengajak Abu
Bakar supaya menemaninya dalam hijrah tersebut. Dengan perasaan gembira
tanpa sedikit ragu Abu Bakar menyambut ajakan Rasulullah SAW.
Dari pintu belakang
rumah Abu Bakar, Rasulullah SAW bersamanya menuju ke Gua Tsur dan bersembunyi dari kejaran musuh.
Ketika suasana menegangkan yang membaur dalam rasa takut dan gundah, Abu
Bakar menjadi resah gelisa khawatir kalau musuh menemukan Rasulullah SAW yang bersembunyi dengannya, maka
turunlah ayat suci Al Quran dari Surah At Taubah yang isinya memuji Abu bakar
As Sidiq, sebagai orang kedua sesudah Nabi Muhammad SAW dalam Gua
Tsur. Dengan perasaan Abu Bakar, Rasulullah SAW mengerti kegelisahan sahabatnya, Abu bakar . Lalu sabda Rasul
SAW, “Apakah yang membuat kamu gelisah, bukankah Allah
bersamamu?”
Kemudian Rasulullah
SAW bersabda, “kalau mereka masuk juga ke dalam gua
ini, kita masih dapat melepaskan diri dari pintu belakang itu,” ujar
Rasulullah sambil menunjuk ke arah mereka.
Abu Bakar menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya beliau
ketika melihat pintu belakang yang ditunjuk Rasulullah tersebut, padahal pintu
tersebut sebelumnya tidak ada. Sebenarnya keraguan Abu Bakar di dalam gua itu bukanlah karena takut nyawanya
hilang di bantai musuh, tetapi yang lebih memprihatinkan adalah
keselamatan jiwa Rasulullah SAW.
Beliau berkata
kepada Nabi saw:,”Yang aku takutkan bukanlah diriku sendiri. Kalau
aku terbunuh, aku hanyalah seorang manusia biasa. Tapi andaikan
engkau sendiri yang terbunuh, maka yang akan mati adalah Islam.”
Ucapan antara
dua orang sahabat dalam gua tersebut di dalam Al-Quran pada Surah
At-Taubah ayat 40:“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah)
mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya:
"Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka
Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir
itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana..”
Demikian satu lagi
keistimewaan Abu Bakar As Shiddiq sebagai seorang sahabat yang mengalami
kesulitan dan kepahitan bersama Rasulullah SAW dalam
menyampaikan seruan Islam.Abu Bakar tidak pernah terpisah dengan Rasul
sepanjang hidupnya dan selalu turut serta semua peperangan yang dihadapi
nabi. Beliau bukan saja berjuang menegakkan aqidah Islam dengan
segenap jiwa raganya, bahkan dengan harta kekayaannya.
Beliaulah yang paling banyak menafkahkan hartanya dijalan Allah, dalam rangka
tegaknya agama Islam. Bahkan seluruh kekayaannya habis digunakannya
untuk kepentingan perjuangan menegakkan kalimah Allah. Di kalangan para sahabat
beliaulah tergolong orang yang paling murah hati dan dermawan.
Dalam perang
Tabuk misalnya, Rasulullah SAW telah meminta kepada seluruh kaum Muslimin agar
mengorbankan harta pada jalan Allah. Lalu datanglah Abu Bakar
radhiallah membawa seluruh harta bendanya lalu meletakkannya di hadapan baginda
Rasul. Melihat banyaknya harta yang dibawa oleh Abu bakar yang dianggarkan
untuk jihad, Rasulullah SAW terkejut
lalu berkata padanya:
“Wahai Abu
Bakar, kalau semua hartamu kau nafkahkan di jalan Allah, apa lagi
yang akan engkau tinggalkan buat anak anak dan isterimu?”
Abu Bakar As Siddiq dengan tenang menjawab, “Saya tinggalkan buat mereka Allah dan Rasul-Nya.”
Demikianlah hebatnya
jiwa Abu Bakar As Siddiq, adalah sosok murah hati
dan dermawan yang memang tidak akan pernah dijumpai semisalnya di dunia ini.
Melihat besarnya pengorbanan beliau terhadap Islam maka wajarlah
kalau Rasulullah bersabda bahawa tegaknya agama Islam itu lantaran harta benda
Siti Khadijah dan juga Abu Bakar as Siddiq. Pantaslah jika kiranya iman dan
amal Abu Bakar dibandingkn dengan iman seluruh umat
manusia, maka lebih berat lagi iman dan amal Abu Bakar. Beliau memang manusia luar biasa, kebesarannya telah
ditakdirkan oleh ALLAH SWT untuk menjadi teman akrab Rasulullah SAW.
Suatu ketika di
saat Rasulullah SAW berkhutbah, antara lain
Sabdanya: “…kepada seorang hamba Allah, mereka itu adalah yang
apabila ditawarkan memilih dunia atau memilih pahala di
sisi Allah, dan hamba Allah tersebut tidak akan memilih dunia, melainkan
memilih apa yang tersedia di sisi Tuhan…”
Maka ketika
mendengar khutbah Nabi demikian itu, Abu Bakar, lalu
menangis berurai air mata, karena pilu dan haru mendengar dan
mengerti bahwa yang dimaksudkan dalam isi khutbah tersebut adalah:” bahwa umur
kehidupan Rasul di dunia ini hampir berakhir. Itulah kelebihan Abu
Bakar dibanding dengan para sahabat yang lain, karena
beliaulah yang mengetahui bahwa umur Rasul sudah dekat.
Keunggulan
beliau dapat di panggung sejarah dapat dibaca dengan jelas setelah wafatnya
Rasulullah SAW, ketika umat Islam panik dan tidak
percaya kalau Rasullah wafat. Ketika itu Abu Bakar sedang berada di Kampung As
Sunnah, waktu mendengar berita wafatnya Rasulullah, beliau segera menuju ke Madinah. Abu
Bakar melangkah cepat menuju rumah puterinya Siti Aisyah dan
stibanya di rumah Aisyah, beliau melihat tubuh Rasulullah terbujur kaku di satu sudut di rumah. Beliau lantas
membuka wajah Rasulullah SAW dan mencium keningnya,
sambil berkata,”Wahai, betapa cantiknya engkau ketika hidup dan betapa
cantiknya ketika engkau ketika mati!”
Kemudian beliau keluar
menghadapi orang orang yang sedang panik hesteris, lalu
beliau berkata dengan nada keras:
“Wahai kaum muslimin!
Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah mati. Tetapi barang
siapa menyembah Allah maka Allah selama-lamanya hidup tidak mati!”
Sambil membacakan
petikan ayat dari Al-Quran:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ
خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَىٰ
أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا
ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
Dan Muhammad itu
tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa
orang rasul 234. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. 3:144)
Begitu mendengar ayat
itu, mereka yang berkumpul menunggu berita resmi kematian Nabi mendapat
kepastian bahwa Rasulullah sudah wafat. Tentunya Mereka pernah
mendengar ayat itu, yang turun dalam peperangan Uhud, ketika
Rasulullah SAW, dikabarkan meninggal dalam pertempuran
uhud yang menyebabkan sebagian besar pejuang Islam mundur
ke Madinah. Tetapi mereka tidaklah memahami maksud ayat tersebut, sebagaimana
yang dip ahami oleh Abu Bakar. Ini jelas membuktikan kecerdasan Abu
Bakar As Siddiq dalam memahami Islam.
Ba’da wafatnya
Rasulullah SAW, Abu Bakar dilantik menjadi khalifah pertama umat Islam. Diahapan umat Islam
waktu itu beliau memberikan sambutannya :
“Kaum Muslimin!
Aku dipilih menjadi pemimpin kamu padahal aku ini bukanlah orang yang terbaik
di antara kamu. Sebab itu jika kepemimpinanku baik, dukunglah aku,
tetapi jika tidak baik, peringatkan aku. Orang yang lemah di antara kamu adalah
orang kuat di sisiku hingga suatu saat aku harus mengambil hak orang lain yang
berada disisinya, untuk dikembalikan kepada yang berhak semula. Patuhilah
kepadaku selama aku patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi jika aku
durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, pantaslah kamu semua meninggalkan
aku.
“Aku dipilih
untuk memimpin urusan ini padahal aku enggan menerimanya. Demi Allah aku ingin
benar kalau ada di antaramu orang yang pandai untuk urusan ini. Ketahuilah jika
kamu meminta kepadaku agar aku berbuat sebagaimana dilakukan Rasulullah
SAW, sungguh aku tidak dapat melakukannya, Rasulullah
SAW adalah seorang hamba Allah yang mendapat wahyu dari Tuhan,
kerana itu beliau terpelihara dari kesalahan-kesalahan, sedang aku
ini hanyalah manusia biasa yang tidak ada kelebihannya dari seorang pun di
antara kamu.”
Ini adalah baba
reformasi dalam pemerintahan yang belum pernah dikenal sebelumnya oleh bangsa
bangsa, kerajaan Romawi dan Persia waktu itu yang
menguasai dunia Barat dan Timur .Abu Bakar hidup seperti rakyat biasa dan
sangat tidak suka didewa-dewakan,
“Ya Khalifah Allah!”
Beliau segera
memotong perkataan orang itu dengan perkataan :
“Saya bukan Khalifah
Allah, saya hanya Khalifah Rasul-Nya!”
Diriwayatkan bahwa
pada keesokan harinya, sehari setelah terpilih sebagai Khalifah, Abu
Bakar r.a kelihatan membawa barang dagangannya ke pasar. Beberapa orang yang
melihat itu lalu mendekati beliau, di antaranya Abu Ubaidah bin
Jarrah. Sahabat besar itu berkata, “Urusan Khalifah itu tidak bisa campur baur dengan bisnis!”
Lalu Abu Bakar bertanya, “Jadi dengan apakah aku hidup, dan bagaimana aku memberikan
belanja pada rumah tanggaku?”
Menyedihkan
nasib yang menimpa Abu Bakar, walaupun kedudukannya sebagai Ketua
Negara namun belum ada lagi ketetapan berapa besar gaji seorang kepala
pemerintah Islam yang bisa didapatkan dari harta pemerintaah. Keadaan ini
mendapat perhatian dari para sahabat, lalu mereka menentukan besarnya bantuan
untuk Khalifah dan keluarganya yang diambil dari Baitul Mal.
Kemudian itu barulah Khalifah Abu Bakar meninggalkan usaha perniagaannya, sebagai upaya memusatkan tenaga
hidupnya, semata untuk mengembangkan agama Islam dan menjalankan tanggung
jawabnya sebagai seorang Khalifah.
Selagi bertugas
sebagai Khalifah, beliau menerima gaji sebanyak enam ribu dirham saja setahun.
Gaji itu tidak dibelanjakannya untuk keperluan dirinya, bahkan di menjelang
tutup usia beliau telah memerintahkan supaya gajinya itu diserahkan
kembali kepada Baitul Mal.
Sebelum wafat,
Abu Bakar telah memanggil Umar,
lalu berkata, “Dengarlah hai Umar! Apa yang akan kukatakan ini, laksanakanlah.
Aku mungkin akan kembali ke hadrat Allah hari ini sebab itu sebelum matahari
terbit pada besok, engkau harus mengirim bala bantuan kepada Al Munthanna.
Janganlah sampai ada bencana sekecil apapun, membuat kamu
lupa urusan agama dan wasiat Tuhan. Engkau telah menyaksikan apa
yang kulakukan, kala Rasulullah SAW wafat sedangkan wafatnya Rasulullah itu
adalah sebuah bencana yang belum pernah bencana yang sebesar itu menimpa
manusia . Demi Allah, sendainya pada waktu itu aku melalaikan
perintah Allah dan RasulNya, tentu kita telah jatu kedalam siksaan Allah, dan
pasti pula kota Madinah ini telah menjadi lautan api.”
Abu Bakar As Shiddiq
menjadi khalifah selama dua tahun saja. Walaubagaimanapun beliau telah
meletakkan asas pembangunan sebuah pemerintahan Islam yang teguh dan kuat.
Beliau juga berhasil mengatasi berbagai masalah dalam negeri dengan
penuh bijaksana dan wibawa. Dalam masa dua tahun pemerintahannya itu
telah terbentuk rantai sejarah Islam yang merupakan lembara-lembaran yang
abadi.
Sungguh kehidupan Abu
Bakar As Shiddiq adalah penuh dengan mutiara nasihat, penuh dengan ajaran
dan kesan kesan yang indah mempesona. Selama dua tahun
pemerintahannya itu beliau berhasil membangun tiang-tiang
dakwah dan kekuatan Islam. Beliau membangun kekuatan kekuatan penting
dalam rangka memelihara kepercayaan kaum muslimin dan upaya memelihara
keagungan agama Islam. Bahkan beliau juga di akhir riwayat pemerintahannya
menundukkan sebagian negeri Syam dan sebagian dari negeri Iraq, lalu pulang
menuju rahmat Allah dengan dada yang lapang, ketika umur beliau menginjak 63
tahun. Jenazah beliau di kubur di samping kuburan Rasulullah
SAW di Masjid Nabi, Madinah.
Mudah mudahan
riwayat perjuangan beliau dan para sahabatnya, dapat menjadi teladan
terutama di dalam mendukung setiap langkah dalam upaya membuktikkan kata-kata
Rasulullah SAW bahwa Islam akan menapak jalan
keberhasilan untuk kedua kalinya, di sebelah Timur oleh Al Mahdi
bersama-sama pemegang panji-panji sunah, dia adalah putra Bani Tamim.